top of page

Dukungan Medis dan Psikologis On Demand untuk Korban Kekerasan Rumah Tangga

  • Gambar penulis: Elizabeth Santoso
    Elizabeth Santoso
  • 14 Sep
  • 2 menit membaca

Kekerasan domestik merupakan persoalan sosial yang kompleks dan sering kali tersembunyi di balik dinding rumah tangga. Korban, yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak, sering menghadapi hambatan besar dalam mencari pertolongan karena rasa takut, stigma, maupun keterbatasan akses ke layanan kesehatan dan pendampingan psikologis. Dalam konteks ini, tenaga kesehatan on demand hadir sebagai salah satu alternatif penting untuk memberikan respons cepat, aman, dan inklusif dalam menangani kasus kekerasan domestik. 


Tenaga kesehatan on demand memiliki peran strategis karena mampu menjangkau korban secara langsung di tempat mereka berada. Dengan sistem layanan yang dapat dipanggil kapan saja, korban tidak perlu menghadapi risiko tambahan dengan pergi ke fasilitas kesehatan yang mungkin jauh atau rawan terekspos kepada pelaku. Kehadiran tenaga medis ke lokasi korban juga dapat memberikan intervensi darurat, baik berupa pertolongan medis akibat luka fisik maupun dukungan psikologis awal untuk mengurangi trauma. 


Selain penanganan medis, tenaga kesehatan on demand juga berperan sebagai penghubung korban dengan layanan perlindungan lainnya. Mereka dapat bekerja sama dengan lembaga perlindungan perempuan dan anak, kepolisian, hingga lembaga sosial untuk memastikan korban mendapatkan rujukan yang tepat. Peran ini sangat penting karena sering kali korban kekerasan domestik tidak mengetahui saluran bantuan yang tersedia atau merasa takut untuk mengaksesnya. 


Dari sisi psikologis, kehadiran tenaga kesehatan on demand juga dapat menjadi sumber rasa aman. Interaksi personal yang bersifat rahasia membantu korban merasa didengarkan tanpa dihakimi. Tenaga kesehatan dapat memberikan konseling dasar, mendeteksi tanda-tanda depresi atau trauma, serta menyarankan langkah lanjutan berupa terapi psikologis. Hal ini menjadi kunci dalam mencegah dampak jangka panjang dari kekerasan domestik, seperti gangguan mental kronis. 


Pemanfaatan teknologi digital turut memperkuat peran tenaga kesehatan on demand dalam kasus ini. Aplikasi kesehatan memungkinkan korban untuk mengakses bantuan dengan cepat melalui fitur darurat, chat terenkripsi, atau panggilan video yang menjaga kerahasiaan. Dengan adanya kanal digital ini, korban dapat mencari pertolongan tanpa harus meninggalkan rumah, sehingga mengurangi risiko terdeteksi oleh pelaku. 


Meski demikian, implementasi layanan ini tidak lepas dari tantangan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, biaya layanan, serta perlunya pelatihan khusus terkait penanganan korban kekerasan domestik menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Tenaga kesehatan tidak hanya harus memiliki kemampuan medis, tetapi juga sensitivitas terhadap isu gender, pemahaman hukum, dan keterampilan komunikasi empatik. Dukungan kebijakan pemerintah dan kerja sama lintas sektor menjadi kunci agar layanan ini dapat berjalan optimal. 


Secara keseluruhan, tenaga kesehatan on demand memiliki peran yang tidak tergantikan dalam penanganan kekerasan domestik. Mereka bukan hanya penyedia layanan medis, tetapi juga pelindung, pendengar, sekaligus penghubung menuju jaringan bantuan yang lebih luas. Dengan memperkuat kehadiran tenaga kesehatan on demand, masyarakat dapat memiliki sistem pertolongan pertama yang lebih responsif, aman, dan manusiawi bagi para korban kekerasan domestik.

bottom of page