top of page

Aman dan Privat: Layanan Digital untuk Penyintas Kekerasan Rumah Tangga

  • Gambar penulis: Elizabeth Santoso
    Elizabeth Santoso
  • 1 hari yang lalu
  • 2 menit membaca

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah serius yang kerap tersembunyi di balik dinding rumah. Banyak korban, terutama perempuan dan anak, merasa takut untuk melapor atau mencari bantuan karena tekanan, rasa malu, atau ancaman dari pelaku. Akibatnya, korban sering terjebak dalam lingkaran kekerasan yang tak berkesudahan, yang berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental mereka. 


Dalam kondisi ini, kehadiran tenaga kesehatan on-demand menjadi solusi inovatif dan penting. Tenaga kesehatan on-demand adalah dokter, perawat, psikolog, atau konselor yang dapat dihubungi secara privat melalui aplikasi atau platform digital. Konsep “di balik layar” ini memungkinkan korban untuk mengakses layanan kesehatan dan konseling tanpa harus meninggalkan rumah atau menimbulkan kecurigaan dari pelaku. 


Dengan adanya layanan ini, korban dapat melakukan konsultasi daring mengenai luka fisik, gejala stres, kecemasan, hingga trauma psikologis. Tenaga kesehatan dapat memberikan saran medis pertama, mendokumentasikan cedera (yang penting sebagai bukti hukum), serta membantu menyusun rencana keamanan jika korban memutuskan untuk melapor atau meninggalkan pelaku. 


Salah satu kelebihan utama layanan on-demand adalah fleksibilitas dan kerahasiaan. Korban dapat menentukan sendiri waktu dan cara berkomunikasi, misalnya melalui chat, panggilan suara, atau video call. Ini memberi rasa aman dan kendali bagi korban yang biasanya hidup di bawah tekanan dan pengawasan. 


Selain itu, tenaga kesehatan on-demand juga sering bekerja sama dengan lembaga bantuan hukum, LSM pendamping korban, dan pusat krisis terpadu. Kolaborasi ini memudahkan korban untuk mendapatkan rujukan ke layanan lain yang mereka butuhkan, seperti tempat perlindungan, bantuan hukum, atau pendampingan psikososial lanjutan. 


Platform digital yang digunakan biasanya dilengkapi dengan fitur keamanan tambahan, seperti mode cepat keluar (quick exit) dan penghapusan riwayat chat otomatis, agar tidak mudah ditemukan oleh pelaku. Fitur ini menjadi penting untuk menjaga keselamatan korban. 


Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua korban memiliki akses ke perangkat digital atau literasi teknologi yang memadai. Stigma terhadap korban KDRT juga masih kuat, sehingga edukasi kepada masyarakat luas tetap perlu dilakukan agar korban merasa lebih berani untuk mencari bantuan. 


Peran pemerintah dan organisasi sosial juga sangat penting dalam mendukung layanan ini, baik dari segi regulasi, perlindungan data pribadi, maupun penyediaan infrastruktur teknologi yang lebih merata. 


Tenaga kesehatan on-demand bukan hanya memberikan pertolongan pertama, tetapi juga menjadi teman dan pendengar yang aman di saat korban merasa sendirian. Melalui pendekatan privat dan empatik, layanan ini membuka harapan baru bagi korban KDRT untuk memulai langkah pertama menuju keselamatan dan pemulihan. 


Di era digital, upaya melawan KDRT tidak lagi terbatas pada ruang fisik. Teknologi kini menjadi jembatan untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan, secara diam-diam namun penuh kepedulian.

Comentários


bottom of page