Menerapkan Layanan Kesehatan On-Demand untuk Penanganan Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi
- Elizabeth Santoso
- 19 Mei
- 1 menit membaca
Pandemi COVID-19 membawa dampak besar terhadap kesehatan mental anak-anak, terutama karena keterbatasan aktivitas sosial, pembelajaran daring, dan stres di lingkungan rumah. Di tengah tantangan ini, layanan kesehatan on-demand membuka peluang baru untuk penanganan kesehatan mental anak secara cepat, fleksibel, dan personal.
Tenaga kesehatan on-demand, seperti psikolog anak dan konselor, dapat diakses secara virtual atau langsung datang ke rumah untuk melakukan asesmen dan terapi. Pendekatan ini mengurangi hambatan seperti akses transportasi atau kekhawatiran orang tua terhadap paparan virus di fasilitas kesehatan.
Layanan ini memungkinkan intervensi dini saat anak menunjukkan gejala seperti kecemasan, perubahan perilaku, atau gangguan tidur. Dengan sesi yang dilakukan secara fleksibel, tenaga kesehatan dapat menyesuaikan waktu dan pendekatan dengan kondisi anak dan keluarga.
Selain terapi individual, tenaga kesehatan juga berperan dalam edukasi kepada orang tua dan guru. Mereka memberikan panduan tentang bagaimana mengenali tanda-tanda masalah psikologis, mendampingi anak saat belajar dari rumah, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional.
Teknologi juga memainkan peran penting dalam layanan ini. Platform daring memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan psikolog melalui game edukatif, kuis, atau sesi cerita interaktif, menjadikan terapi lebih menyenangkan dan tidak menakutkan.
Dalam konteks pasca-pandemi, pendekatan ini tetap relevan. Banyak anak mengalami dampak jangka panjang dari isolasi sosial dan perubahan besar dalam rutinitas. Layanan on-demand memastikan bahwa dukungan psikologis tidak berhenti setelah pandemi mereda.
Dengan pendekatan yang mudah diakses, empatik, dan berbasis keluarga, tenaga kesehatan on-demand berperan penting dalam menjaga dan memulihkan kesehatan mental anak. Mereka menjadi solusi inovatif dalam krisis, sekaligus pilar baru dalam sistem kesehatan jiwa anak Indonesia.
Comments