top of page

Antara Budaya dan Teknologi: Tenaga Kesehatan Digital untuk Komunitas Pegunungan

  • Gambar penulis: Elizabeth Santoso
    Elizabeth Santoso
  • 22 Jul
  • 2 menit membaca

Di balik keindahan bentang alam pegunungan, tersembunyi komunitas adat terpencil yang hidup dengan tradisi turun-temurun. Mereka menjaga kearifan lokal dan adat istiadat yang menjadi identitas budaya. Namun, keterpencilan geografis seringkali menjadi kendala besar bagi mereka untuk mengakses layanan kesehatan yang layak. Jarak jauh, minimnya infrastruktur, serta keterbatasan tenaga medis menjadi tantangan yang nyata. 


Dalam konteks inilah, kehadiran tenaga kesehatan on-demand menjadi sebuah solusi inovatif yang relevan. Tenaga kesehatan on-demand adalah dokter, perawat, bidan, atau tenaga medis profesional yang dapat dipanggil melalui platform digital untuk memberikan layanan kesehatan langsung di lokasi komunitas. Dengan model ini, pemeriksaan kesehatan tidak lagi bergantung pada jadwal kunjungan puskesmas keliling yang jarang, tetapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan mendesak di lapangan. 


Pelayanan yang diberikan mencakup pemeriksaan kesehatan umum, penanganan penyakit menular, konsultasi gizi, hingga edukasi mengenai kesehatan ibu dan anak. Dalam beberapa kasus, tenaga kesehatan on-demand juga melakukan tindakan medis ringan dan memberikan obat-obatan esensial sesuai standar. 


Selain layanan medis, pendekatan ini juga membawa nilai penting: sensitivitas budaya. Tenaga kesehatan on-demand yang terlatih dalam pendekatan antropologis lebih mudah membangun kepercayaan dengan komunitas adat. Mereka tidak hanya datang sebagai penyedia layanan, tetapi juga sebagai mitra yang memahami adat dan kearifan lokal. Edukasi kesehatan pun disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan sesuai konteks budaya, sehingga lebih diterima. 


Keunggulan lainnya adalah fleksibilitas. Komunitas adat dapat mengatur waktu pelayanan yang tidak mengganggu aktivitas adat atau musim panen. Bahkan, konsultasi awal bisa dilakukan melalui panggilan suara satelit atau radio komunitas sebelum tim medis benar-benar datang ke lokasi. 


Meski begitu, tantangan tetap ada. Keterbatasan sinyal internet, medan sulit yang memerlukan perjalanan berjam-jam, hingga kebutuhan logistik obat dan peralatan medis yang memadai harus dikelola dengan baik. Kolaborasi pemerintah, LSM, dan penyedia layanan digital menjadi penting agar tenaga kesehatan on-demand dapat hadir secara berkelanjutan. 


Dengan inovasi ini, harapannya masyarakat adat terpencil tidak lagi menjadi “kelompok terpinggirkan” dalam sistem kesehatan nasional. Mereka berhak memperoleh akses yang setara, tanpa harus meninggalkan identitas dan budaya mereka. Tenaga kesehatan on-demand menjadi jembatan antara modernitas dan kearifan lokal—menghormati tradisi, sambil tetap menjaga hak atas kesehatan yang mendasar.

Comments


bottom of page